Saat hari lomba...., kolam renang ramai dengan aktivitas pendaftaran ulang, pemanasan , dan persiapan lainnya. Orang tua terus memberi semangat dari tepi kolam sejak awal hingga akhir . Kami sendiri cukup melihat dari tribun, karena anak kami sudah cukup besar untuk bisa mandiri mengurus persiapannya. Beberapa perserta memiliki kemampuan yang bagus, ada beberapa yang masih perlu ditingkatkan. Ada juga yang tadinya mendaftar untuk gaya renang tertentu kemudian mundur karena tidak yakin dapat menyelesaikan lomba. Ada juga yang tetap berusaha terus sampai batas akhir. Seru melihat semua aktivitas ini....
Umumnya, kita melihat kompetisi sebagai sebuah sarana mengukur kemampuan kita dan memperoleh penghargaan . Seringkali kemudian orang tua menjadi bias antara tujuan positif kompetisi dengan ambisi agar anaknya memenangkan kompetisi tersebut. Jika sudah demikian, kecenderungan mengusahakan segala cara untuk menang seperti menggoda untuk dilakukan. Jika si anak menang, orang tua bangga, jika si anak kalah orang tua kecewa dan memarahi si anak. Pada akhirnya, tujuan kompetisi yang baik malah merusak perkembangan psikologis anak.
" Winning is nice if you don't lose your integrity in the process " - Arnold Horshack
Perspektif lain tentang kompetisi adalah melihat kompetisi sebagai sebuah sarana melatih kemampuan anak menghadapi apa yang terjadi dalam kehidupannya. Seorang anak yang akan mengikuti sebuah kompetisi, tentunya secara sadar mempersiapkan diri sebaiknya - baiknya untuk dapat menampilkan yang terbaik sebagai hasil dari persiapannya. Dalam diri si anak tentu ada keinginan untuk menang. Disinilah peran kita sebagai orang tua untuk mengingatkan anak bahwa menang dan kalah adalah hal biasa dalam sebuah kompetisi, karena yang terpenting adalah bagaimana si anak mempersiapkan mental dalam mengikuti kompetisi tersebut, merayakan kemenangan sewajarnya saat menang, dan saat kalah si anak tidak putus asa, bangkit dan terus belajar. Pengalaman mengelola situasi menang kalah ini akan selalu dialami sepanjang hidup kita.
Tanpa disadari sebuah kompetisi juga merupakan kesempatan bagi anak mengembangkan kemampuan interaksi sosialnya. Saya teringat anak saya sedang mengikuti pertandingan tennis saat itu. Sambil menunggu waktu bertanding, anak saya berteman dengan pemain - pemain dari kota lain yang terkadang menjadi lawannya juga, dan mereka terus berkomunikasi hingga sekarang.
Demikian juga dengan anak saya yang ikut lomba renang... dia dengan asyiknya menunggu sambil mengobrol dengan lawannya juga tanpa rasa cemas akan lomba renangnya itu sendiri.
Makin sering anak mengikuti kompetisi, anak makin percaya diri dalam mengikuti kompetisi lainnya dan melihat hal tersebut sebagai sebuah latihan semata. Melihat kompetisi bukan untuk melawan orang lain tetapi lebih pada kebutuhannya untuk mengembangkan potensi dan bertumbuh secara psikologis.
Semoga.....
No comments:
Post a Comment