Siang itu 8 Juni 2014, saya mengantar anak perempuan saya yang sudah mulai remaja.... Dia akan bertugas sebagai Misdinar pada Misa Krisma ( Confirmation Mass ) yang akan dipimpin oleh Kardinal Daniel diNardo di gereja Epiphany of The Lord. Misa ini akan berlangsung selama 2 jam karena banyaknya peserta Krisma dan dipakainya 2 bahasa selama Misa ( Inggris dan Spanyol )
Melihat semangatnya untuk bertugas melayani....... hmmm...... rasanya senang dan bersyukur. Mengingat dia dipilih dari sekian banyak misdinar di gereja yang melayani umat kurang lebih 6000 kepala keluarga. Bukan kesempatan biasa.....
Kembali teringat saat baru mulai membujuk si sulung ini untuk ikut latihan menjadi Misdinar. Segala penolakan berbalas dengan segala bujukan untuk mencoba membuka pemahamannya tentang "mengapa harus menjadi Misdinar", " mengapa harus sibuk - sibuk dengan kegiatan gereja". Penjelasan sederhananya adalah melatih kebermaknaan kita disetiap kesempatan, termasuk dalam kehidupan gereja.
( Baca catatan sebelumnya : Belajar untuk Bermakna dalam Hidup - link : http://as-an-alien-in-houston.blogspot.com/2014/04/belajar-untuk-bermakna-dalam-hidup.html )
Tetapi dorongan jalan terus. Komitmen untuk mengantar dan menunggu latihan juga membantu. Demikian juga jika harus bertugas pada saat Misa sementara kami menghadiri Misa pada jam yang berbeda. Sampai akhirnya dia menikmati dan melakukan sebaik - baiknya ketika ditugaskan untuk melayani Misa. Dan pada akhirnya selalu dipilih menjadi Misdinar untuk misa - misa penting seperti hari ini.
Oda as Altar Server
Alih - alih perbincangan menjadi melebar....
Menjadi instropeksi diri......
Bahwa kesempatan yang diperoleh, keberadaan saat ini, adalah dibangun dari perjalanan yang dilalui sebelumnya. Tidak ada yang seperti menjentikkan jari. Apakah itu keberadaan yang sifatnya positif maupun negatif. Jika membangun sikap - sikap positif, maka yang akan terjadi adalah sesuatu yang positif, demikian juga sebaliknya.
Saya sendiri kuatir dengan segala hal yang serba instan di masa sekarang. Yang saya kuatirkan adalah pemahaman bahwa segala sesuatunya dapat dicapai secara instan, yang meniadakan kerja keras, komitmen, ketahanan untuk menyelesaikan segala sesuatu yang sudah dimulai, dengan pilihan jalan yang benar. Terkadang muncul pertanyaan - pertanyaan yang seperti menggerutu " Kenapa sih kita harus melakukan ini dan itu, kenapa kita harus bersikap baik pada semua orang, kenapa harus berusaha selalu tepat waktu, bla - bla..... " . Sambil santai, seperti sebuah tape recorder diputar ulang, saya selalu menjawab bahwa semua hal bukan instan, harus diusahakan, harus dibangun, dan bla - bla tambahan yang lain...... Kebiasaan untuk membangun segala sesuatu yang ingin dicapai haruslah diteruskan pada generasi berikut dengan selalu konsisten mendorong mereka aktif berkarya dan memberi dampak positif ( baca bermakna ) bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Tak terasa, sudah sampai di gereja 1 jam sebelum Misa..... ( karena harus bersiap dan berkoordinasi lagi dengan MC khusus dari protokoler Kardinal )
Hm.....
Obrolan yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur........
Semoga..............
Sungguh bahagia membaca catatan ini, bangga rasanya....... Semoga selalu dalam lindungan Tuhan YME.
ReplyDelete