Monday, April 28, 2014

Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi selalu menjadi duta......

Di sebuah  sore mendung itu, saya sedang menunggu pesanan Maura di Jamba Juice La Centerra. Ada sebuah keluarga In*** suami istri dengan 1 orang anak yang masih berusia kurang lebih 1,5 tahun. Si anak sibuk sekali berjalan - jalan di seputar kasir sehingga membuat orang tuanya sibuk menjaganya. Hanya saya dan mereka, tapi kenapa pesanan tak kunjung datang, Kemudian saya melirik sepintas, ternyata sang ibu sedang memegang segenggam sendok plastic dari Jamba Juice yang kurang lebih berkisar 12 sendok. Ouw...... pantes lama, karena pembeli sebelum saya itu membeli banyak. Tidak lama kemudian, pesanan mereka  datang. Ternyata mereka hanya memesan 1 gelas juice, kemudian mereka mengambil juga segenggam kertas tisu, setelah itu mereka keluar.
Saat itu, pegawai Jamba Juice terlihat terbengong - bengong melihat perilaku tadi. Mereka tidak menyangka  bahwa sendok sebanyak itu akan dibawa. Kemudian dengan muka masam dan bersungut - sungut mereka membuat pesanan saya.

Melihat itu, saya tidak tahan untuk tidak tersenyum. Melihat mereka yang bersungut - sungut, sambil menebak apa yang kira - kira ada dalam pikirannya.
Saya adalah warga negara Indonesia yang menjadi bagian dari benua Asia yang sedang berkarya di negeri orang. Melihat hal itu dilakukan oleh sesama bangsa Asia, saya tiba - tiba saja merasa malu tak terbendung. Kenapa mereka harus mengambil sesuatu yang tidak pada tempatnya. Padahal kenal pun tidak dengan keluarg In*** tadi.

Aneh.....

Tapi itulah......
Saya melihat keberadaan kami saat ini disini, berkarya di negeri orang, bukanlah hanya sekedar untuk kepentingan diri sendiri, tetapi sebagai kesempatan untuk menjadi duta Indonesia, sehingga dalam setiap tindakan kiranya dapat memberi kesan positif akan orang Indonesia.
Maka saat berkumpul dengan teman- teman, saat berbelanja, saat berkendara, saat berkarya, baiknya berusaha untuk memilih hal benar bukan hal yang biasa. Karena yang biasa belum tentu benar, sedangkan yang benar, adalah benar adanya meski tidak semua orang memilih melakukannya.
Tandanya sangat sederhana..... " If you find yourself thinking up an elaborate justification for what you are doing, you are not doing the right thing - Adrian Gostick "

Semoga........


Tuesday, April 1, 2014

Belajar untuk bermakna dalam hidup


Sejak dari dulu hingga sekarang, penyelenggaraan sebuah Misa selalu dibantu oleh para Misdinar yang bertugas membantu Romo dalam memimpin Misa. Para Misdinar ini biasanya adalah para remaja yang sudah belajar dan berlatih serta menjadi bagian dalam melayani sebuah Misa.

Saya selalu senang melihat keterlibatan para remaja ini dalam kegiatan gereja. Apapun bentuk kegiatannya, selain Misdinar, bisa juga menjadi anggota koor, petugas kolekte, pengiring Misa, atau juga terlibat di kegiatan gereja lainnya diluar Misa.

Tanpa disadari sebenarnya, keterlibatan anak – anak dalam kehidupan gereja adalah sebuah sarana melatih kebutuhan untuk selalu dekat dengan kehidupan gereja. Selain itu saya melihat tugas – tugas gereja sebagai salah satu bagian dari pengasahan  akan pembentukan keinginan untuk selalu bermakna dalam hidup ini.

Menurut Viktor Frankl, motivasi paling mendasar pada manusia adalah menemukan makna dalam kehidupannya, yaitu suatu sebab, alasan, tujuan individu tersebut mengarahkan waktu dan energinya. Tanpa arah itu, individu akan jatuh dalam perasaan ketidakbermaknaan hidup yang seringkali terjadi pada saat remaja, memasuki masa pensiun, atau saat menghadapi suatu krisis. Bentuknya bisa termanifestasi dalam kondisi kosong, terombang – ambing antara kesedihan dan kebosanan yang bisa menyebabkan tindakan destruktif. (baca slideshare Logoterapi: Penyembuhan Lewat Makna – Viktor Frankl).

Dekat dengan kehidupan gereja, aktif terlibat sungguh – sungguh dalam kegiatannya akan membuat anak – anak melihat bahwa dirinya punya makna, punya peran dalam gereja. Jika sudah merasa punya sebuah tugas dalam hidupnya (salah satunya adalah kehidupan gereja), maka anak – anak dengan sendirinya akan terasah untuk membawa dirinya kepada tujuan yang ingin dicapainya. Tetapi apa yang menjadi tujuan bukanlah sekedar aktualisasi diri semata ( hanya agar dapat pengakuan dari orang lain, pujian dsb), karena apa yang penting sejatinya adalah ia bisa bermakna dalam kehidupannya.

Dengan melatih kebermaknaan hidup dari kegiatan di gereja dimana sifatnya lebih kepada melayani, maka yang terasah pun adalah komitmen akan tujuan yang tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi juga melihat kepentingan orang lain. Mereka yang merasa bermakna dalam hidup mengetahui ada tugas dan tujuan yang menantinya untuk diwujudkan, merekalah yang akan dapat mengatasi hampir di setiap hal yang terjadi dalam kehidupannya.

He who has a why to live for can bear with almost any how – Nietzsche

Sumber : tulisan M. Sastrapratedja SJ tentang Logoterapi – Penyembuhan Lewat Makna ; Viktor Frankl
(Thanks for sharing, Pit.....)