Di sebuah sore mendung itu, saya sedang menunggu pesanan Maura di Jamba Juice La Centerra. Ada sebuah keluarga In*** suami istri dengan 1 orang anak yang masih berusia kurang lebih 1,5 tahun. Si anak sibuk sekali berjalan - jalan di seputar kasir sehingga membuat orang tuanya sibuk menjaganya. Hanya saya dan mereka, tapi kenapa pesanan tak kunjung datang, Kemudian saya melirik sepintas, ternyata sang ibu sedang memegang segenggam sendok plastic dari Jamba Juice yang kurang lebih berkisar 12 sendok. Ouw...... pantes lama, karena pembeli sebelum saya itu membeli banyak. Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang. Ternyata mereka hanya memesan 1 gelas juice, kemudian mereka mengambil juga segenggam kertas tisu, setelah itu mereka keluar.
Saat itu, pegawai Jamba Juice terlihat terbengong - bengong melihat perilaku tadi. Mereka tidak menyangka bahwa sendok sebanyak itu akan dibawa. Kemudian dengan muka masam dan bersungut - sungut mereka membuat pesanan saya.
Melihat itu, saya tidak tahan untuk tidak tersenyum. Melihat mereka yang bersungut - sungut, sambil menebak apa yang kira - kira ada dalam pikirannya.
Saya adalah warga negara Indonesia yang menjadi bagian dari benua Asia yang sedang berkarya di negeri orang. Melihat hal itu dilakukan oleh sesama bangsa Asia, saya tiba - tiba saja merasa malu tak terbendung. Kenapa mereka harus mengambil sesuatu yang tidak pada tempatnya. Padahal kenal pun tidak dengan keluarg In*** tadi.
Aneh.....
Tapi itulah......
Saya melihat keberadaan kami saat ini disini, berkarya di negeri orang, bukanlah hanya sekedar untuk kepentingan diri sendiri, tetapi sebagai kesempatan untuk menjadi duta Indonesia, sehingga dalam setiap tindakan kiranya dapat memberi kesan positif akan orang Indonesia.
Maka saat berkumpul dengan teman- teman, saat berbelanja, saat berkendara, saat berkarya, baiknya berusaha untuk memilih hal benar bukan hal yang biasa. Karena yang biasa belum tentu benar, sedangkan yang benar, adalah benar adanya meski tidak semua orang memilih melakukannya.
Tandanya sangat sederhana..... " If you find yourself thinking up an elaborate justification for what you are doing, you are not doing the right thing - Adrian Gostick "
Semoga........
Berada ribuan mil jauhnya dari Indonesia untuk berkarya adalah kesempatan belajar dari orang lain dan tetap menjadi diri sendiri
Monday, April 28, 2014
Tuesday, April 1, 2014
Belajar untuk bermakna dalam hidup
Sejak dari dulu hingga sekarang, penyelenggaraan sebuah Misa selalu dibantu oleh para Misdinar yang bertugas membantu Romo dalam memimpin Misa. Para Misdinar ini biasanya adalah para remaja yang sudah belajar dan berlatih serta menjadi bagian dalam melayani sebuah Misa.
Saya selalu senang melihat keterlibatan para remaja ini
dalam kegiatan gereja. Apapun bentuk kegiatannya, selain Misdinar, bisa juga
menjadi anggota koor, petugas kolekte, pengiring Misa, atau juga terlibat di
kegiatan gereja lainnya diluar Misa.
Tanpa disadari sebenarnya, keterlibatan anak – anak dalam
kehidupan gereja adalah sebuah sarana melatih kebutuhan untuk selalu dekat
dengan kehidupan gereja. Selain itu saya melihat tugas – tugas gereja sebagai
salah satu bagian dari pengasahan akan
pembentukan keinginan untuk selalu bermakna dalam hidup ini.
Menurut Viktor Frankl, motivasi paling mendasar pada manusia
adalah menemukan makna dalam kehidupannya, yaitu suatu sebab, alasan, tujuan
individu tersebut mengarahkan waktu dan energinya. Tanpa arah itu, individu
akan jatuh dalam perasaan ketidakbermaknaan hidup yang seringkali terjadi pada
saat remaja, memasuki masa pensiun, atau saat menghadapi suatu krisis. Bentuknya
bisa termanifestasi dalam kondisi kosong, terombang – ambing antara kesedihan
dan kebosanan yang bisa menyebabkan tindakan destruktif. (baca slideshare
Logoterapi: Penyembuhan Lewat Makna – Viktor Frankl).
Dekat dengan kehidupan gereja, aktif terlibat sungguh –
sungguh dalam kegiatannya akan membuat anak – anak melihat bahwa dirinya punya
makna, punya peran dalam gereja. Jika sudah merasa punya sebuah tugas dalam
hidupnya (salah satunya adalah kehidupan gereja), maka anak – anak dengan
sendirinya akan terasah untuk membawa dirinya kepada tujuan yang ingin
dicapainya. Tetapi apa yang menjadi tujuan bukanlah sekedar aktualisasi diri
semata ( hanya agar dapat pengakuan dari orang lain, pujian dsb), karena apa
yang penting sejatinya adalah ia bisa bermakna dalam kehidupannya.
Dengan melatih kebermaknaan hidup dari kegiatan di gereja
dimana sifatnya lebih kepada melayani, maka yang terasah pun adalah komitmen
akan tujuan yang tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi juga melihat
kepentingan orang lain. Mereka yang merasa bermakna dalam hidup mengetahui ada
tugas dan tujuan yang menantinya untuk diwujudkan, merekalah yang akan dapat mengatasi
hampir di setiap hal yang terjadi dalam kehidupannya.
He who has a why to live for can bear with almost any how –
Nietzsche
Sumber : tulisan M. Sastrapratedja SJ tentang Logoterapi –
Penyembuhan Lewat Makna ; Viktor Frankl
(Thanks for sharing, Pit.....)
Sumber : http://www.slideshare.net/tina_santos14/logotherapy
Tulisan ini dibuat untuk Warta KKIH dan http://www.kkih.org/cgi/wp/
Tulisan ini dibuat untuk Warta KKIH dan http://www.kkih.org/cgi/wp/
Subscribe to:
Posts (Atom)