Tuesday, November 5, 2013

Adalah sebuah sistem pendidikan yang berkaitan satu sama lain

Pagi itu, matahari masih benar - benar mengintip , lampu jalanan masih menyala, saat saya mengantar Oda ke sekolah pukul 6.40. Benar - benar masih gelap, karena matahari terbit sekitar pukul 7.15 di saat musim gugur bulan Oktober.
Saat melintasi lapangan SMP, terlihat samar - samar puluhan anak - anak memakai helm dan seragam sedang berlatih football. Berlanjut ke lapangan SMA, terlihat puluhan juga remaja - remaja memakai rompi ( yang jika tersorot lampu akan terlihat terang ) sedang berlari untuk persiapan perlombaan cross country (lari jarak jauh ) antar sekolah.  Di depan pintu kolam renang tertutup, keluar remaja yang baru saja selesai berlatih juga.........
Hm.........

Saya jadi teringat juga saat Oda di kelas 8 tahun ajaran lalu, dimana saat itu sedang musim pertandingan tennis antar sekolah dan dia harus berlatih pukul 5.45 pagi sebelum masuk sekolah pada pukul 7.20
Apa gerangan yang terjadi?
Bagaimana mereka, baik siswa maupun guru beserta sekolah ( tentu juga orang tua siswa ) dapat dan mau berkomitmen untuk melakukan semua kegiatan tersebut.
Apa yang dikerjar? Apa tujuannya?

Sebuah kesempatan yang dicari. Ada kemudahan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi melalui prestasi olah raga. Ada kesempatan bagi siswa - siswa yang berprestasi di bidang olah raga untuk mendapatkan beasiswa di Perguruan Tinggi. Dan ternyata tidak hanya melalui prestasi olah raga saja, tetapi bisa juga melalui prestasi music di orchestra dan band, seni, maupun bidang - bidang lain selain diluar akademik. Meski jalur akademikpun tetap ada.

Sebagai contoh di bidang olah raga tennis.............
Di SMA, sejak 3 minggu sebelum masuk sekolah, diadakan seleksi pemain tennis untuk tim sekolah. Kriteria pemilihannya pun jelas, semua dibuat terbuka, sehingga ketika hasil seleksi selesai dan daftar pemain inti sekolah keluar, tidak ada nada keberatan dan sebagainya.
Setelah itu selama beberapa bulan tertentu mereka menjadi wakil sekolah untuk bertanding melawan tim sekolah lain dari distrik yang sama maupun distrik lain.
Kemudian jika sudah memasuki tahun ke 10, siswa dapat mulai mencari beasiswa perguruan tinggi dengan mengikut sertakan segala data prestasi yang diperoleh, serta data akademik yang tentunya harus bagus juga.
Dan nantinya mereka pun diharapkan untuk berprestasi dalam bidang masing - masing serta menjadi wakil perguruan tingginya untuk bertanding melawan perguruan tinggi lain. Sistem pendidikan dan sistem kompetisinya pun juga sudah diatur sedemikian rupa sehingga prestasi - prestasi akademik dan diluar akademik semuanya penting dan saling mendukung.

Semua adalah sebuah sistem pendidikan yang sudah dikembangkan untuk membuat semuanya terhubung, mulai dari sistem akademik, sistem kompetisi, sistem seleksi, sistem penerimaan beasiswa, sistem factor pendukung lain yang juga diperhitungkan  seperti volunteer hours, leadership experience saat di sekolah.

Rasanya kita masih perlu belajar dan mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi di Indonesia dan yang tidak selalu berganti setiap 2 tahun.

Semoga..............

Monday, November 4, 2013

Memupuk hal kecil itu....., dan memastikannya berpindah generasi.

Di sekolah dasar, setiap hari Aurelia dan  Maura diminta untuk membaca buku sepulang sekolah. Aurelia di kelas 2 diminta membaca buku selama minimal 10 menit dan kemudian membuat laporan yang berisi tentang judul buku yang dibaca dan harus ditanda tangani oran tua. Maura di kelas 4 harus membaca buku minimal 20 menit dan kemudian harus membuat resume tentang cerita yang sudah dibacanya tetapi tidak perlu ditanda tangani orang tua. Mereka melakukannya dengan menggunakan timer untuk menentukan minimal waktu yang diminta, kemudian jika mereka ingin terus membacanya, mereka bebas menentukannya sendiri.
Jika dipikir lagi, sebenarnya guru pun tidak mengawasi mereka selalu, tetapi mereka tetap mengikuti ketentuan yang diminta.

Saya membaca buku menarik tulisan Adrian Gostick dan Dana Telford, yang membahas tentang integritas individu  Bahwa seorang individu yang memiliki integritas akan selalu berperilaku dan bertindak benar meski tidak diawasi oleh orang lain, karena ia tahu yang benar, sehingga ia dapat dipercaya. Selalu dapat melihat dan memilih titik putih ketika berada di area abu - abu. Ketika ada hal - hal kecil yang terlihat tidak penting jika dikerjakan tidak benar karena sudah menjadi biasa dilakukan oleh kebanyakan orang , ia akan tetap melakukannya dengan benar, karena ia tahu bahwwa jika ia tidak dapat dipercaya melakukan hal kecil sekalipun, maka ia tidak akan dipercaya untuk melakukan tanggung jawab besar. ( Adrian Gostick dan Dana Telford menggambarkan integritas dalam 10 karakteristik  - baca sumber - http://www.slideshare.net/Abudawood/the-integrity-advantage )

Berusaha konsisten pada hal - hal kecil ini sebenarnya adalah usaha memupuk untuk memastikan sebuah sikap benar itu berpindah generasi melalui contoh - contoh tindakan dan keputusan yang diambil. Orang tua bisa mengajarkannya, tetapi anak - anak belajar dari contoh yang mereka lihat.
Tidak dipungkiri belum selalu tetapi berusaha selalu melakukannya.................

Tulisan ini  juga sebagai pengingat bagi kami sebagai orang tua untuk selalu berperilaku sejalan antara nilai - nilai benar yang ingin diteruskan dan tindakan kita sendiri.

"Be what you want your children to be, and watch them grow" - Leo Buscaglia

Semoga.................

( Sumber : Adrian Gostick and Dana Telford, The Integrity Advantage, Gibbs Smith Publisher, Salt Lake City, 2003 )

Hal kecil ini, sebenarnya adalah sebuah hal penting.......

"Integritas seorang individu dibuktikan  ketika harus membuat keputusan yang benar  meski dengan konsekuensi yang mungkin merugikan."

Saat itu, pertandingan sangat menegangkan. Kedudukan sama 1 - 1 ( masing - masing pemain memenangkan 1 set), dan sekarang sedang berlangsung tie break untuk set ketiga.
Tie break pun berjalan seru, angka saling menyusul, dan sekarang kedudukan 8 - 9  Oda memimpin. Tinggal 1 point lagi, maka Oda akan memenangkan pertandingan dan masuk babak semifinal pertandingan tennis.
Permainan terus berlangsung dan bola jatuh di garis belakang sangat tipis, terlihat keluar namun sulit menentukan apakah bola itu masuk atau keluar, karena pemain berlaku juga sebagai wasit pertandingan . Sepersekian detik harus membuat keputusan, apakah bola itu masuk atau keluar lapangan. Keraguan terlihat, karena kecepatan bola menyentuh lapangan. Oda memutuskan bahwa bola itu keluar karena ia yakin bahwa bola memang keluar, sehingga lawan mendapat angka dan kedudukan menjadi 9 - 9.  Kembali permainan berlanjut, lawan mendapat angka menjadi 10 - 9. Sangat tegang, dan akhirnya lawan menang 11 - 9.
Sayang memang....... tapi  kemudian kami sempat ngobrol dengan orang tua lawan, dan kami sepakat bahwa yang baru saja terjadi adalah sebuah pertandingan yang bagus, seru dengan sebuah sportivitas tinggi.
Bukan hanya sebuah kemenangan yang dicari semata, tetapi adalah bermain dengan sebaik - baiknya dan berlaku sportif.

Hal diatas sepertinya adalah hal kecil, tapi saya melihatnya sebagai sebuah bibit yang harus dipupuk terus. Karena hal sepele tadi adalah gambaran sebuah integritas dalam skala kecil, tetapi jika kita terbiasa dalam hal kecil memilih bersikap benar, maka dalam hal besar pun keputusan yang kita buat adalah keputusan yang benar.

Bersambung ke tulisan selanjutnya.................

"Memupuk hal kecil itu......, dan memastikannya berpindah generasi"