Dari mulai tidak dapat meneruskan sekolah setelah tamat SMA karena keterbatasan biaya sehingga saudara laki - lakilah yang melanjutkan kuliah, cerita tentang kekerasan verbal yang dialami selama belum menikah, atau tentang kondisi yang memaksa untuk menikah, juga kekerasan dalam rumah tangga, dan cerita - cerita lain yang selalu membuat saya menarik napas berat.
Saya teringat saat bersama ayah ibu saya dan saya sudah SMA kala itu lebih dari 20 tahun yang lalu, dimana saat makan malam bersama, seringkali kita mendiskusikan tentang keadaan masyarakat Indonesia. Beliau selalu mengingatkan bahwa, jika ingin keadaan masyarakat Indonesia membaik, mulailah dari pendidikan. ( Saat ini, ayah saya adalah pensiunan dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga serta masih aktif sebagai konsultan perusahaan farmasi dan ibu saya adalah aktivis kegiatan paliatif di Rumah Sakit Dr. Soetomo ). Membaik sederhananya adalah menghargai diri sendiri, menghargai keberadaan setiap individu dengan segala kesamaan dan perbedaan seperti halnya agama dan keyakinan, laki - laki dan perempuan, suku bangsa, dan memiliki tujuan hidup yang tidak mementingkan diri sendiri. Tentunya masih banyak lagi karakter baik yang harus terus ditumbuhkan dalam masyarakat Indonesia. Pendidikan adalah salah satu jalan untuk mencapainya. Pendidikan perempuan khususnya, jika terkait dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
Data UNESCO berbicara tentang kesamaan gender dalam akses pendidikan, yang salah satunya mencakup pendidikan di Indonesia.
http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading-the-international-agenda/gender-and-education/resources/the-world-atlas-of-gender-equality-in-education/
Siswa Sekolah Dasar di Indonesia - Foto milik http://wacana.siap.web.id/
Dari keterlibatan selama memiliki workshop dan membaca data diatas, saya melihatnya bahwa sebagian besar baik anak laki - laki maupun perempuan memiliki akses sama dalam pendidikan dasar hingga menengah. Yang masih cukup sulit adalah jika sudah mencapai pendidikan tinggi. Baiklah kita masih bersyukur akan akses pendidikan bagi perempuan hingga SMA. Namun proses belajar mengajar yang dilalui sebagian besar, meski hingga tingkat SMA adalah pendidikan formalitas yang tujuannya adalah ijasah kelulusan untuk melamar kerja. Secara khusus tentang pendidikan perempuan adalah bahwa proses belajar mengajar tidak selalu membuat mereka mempunyai tujuan, berdaya, membangun pribadi dalam kemandirian. Jadi tidak melulu adanya hambatan akses pendidikan, tapi kualitasnya yang perlu diperbaiki.
Kondisi social yang sebagian besar masih patrilineal, membuat peran perempuan sangat besar dalam hal mendidik anak. Mengingat pola masyarakat umumnya adalah suami bekerja istri mengurus rumah dan anak - anak, maka seorang ibu yang lebih sering berinteraksi dengan anak - anaknya akan mendorong mereka untuk terus belajar. Dari data, seorang ibu yang berpendidikan akan meningkatkan kualitas pribadi dirinya serta kesejahteraan anak - anaknya. Seorang ibu yang berpendidikan dapat terhindar dari perlakuan kekerasan dalam rumah tangga, karena ketika perempuan dapat berpikir dan melihat dirinya secara positif serta setara dalam rumah tangga, maka begitu pula pasangannya.
( meski tidak menjamin, karena kekerasan dalam rumah tangga melibatkan factor penyebab yang kompleks )
Ibu yang berdaya, memberi pengaruh positif akan perkembangan pribadi anak - anaknya, terutama anak perempuannya.
Saya sendiri secara naïf berharap dengan pendidikan, maka akan menambah wawasan orang tua dan anak menjadi lebih luas, sehingga pernikahan dini dengan alasan apapun ( termasuk alasan ekonomi ) dapat dicegah.
Mencoba merefleksi dari beberapa bahan dan pengamatan, beberapa pemikiran tentang pendidikan muncul meski mungkin sebagian sudah ada ......
- Meningkatkan kualitas guru baik dalam hal kesejahteraannya, maupun kualitas pengetahuan ( wawasan ) serta cara mengajar, yang tidak melulu berpatokan pada buku, tetapi juga mengandalkan kreativitas mengajar dan berinteraksi dengan siswa.
- Menyediakan buku - buku yang diperlukan untuk kebutuhan belajar akademis yang relevan untuk saat ini, dan juga buku - buku yang sifatnya pengetahuan umum, biografi tokoh, buku - buku seni atau buku - buku lainnya yang bermanfaat untuk membuka cakrawala berpikir yang luas.
- Mengaktifkan keterlibatan komunitas masyarakat untuk lebih turun tangan membantu proses pendidikan karakter yang tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi lebih pada keluarga dan masyarakat. .Keterlibatan yang lebih bersifat informal, sehingga proses pembentukan karakter tidak hanya terjadi di sekolah yang notabene hanya sekitar 5 jam sehari, tetapi didorong juga dengan aktivitas selama diluar sekolah.
- Menumbuhkan keinginan orang tua untuk juga menambah wawasan melalui membaca. Karena dengan orang tua yang cukup memiliki wawasan maka akan terus berusaha agar anaknya dapat bersekolah mengingat mereka sadar akan pentingnya pendidikan.
- Kurikulum yang memang memberi gambaran keberadaan laki - laki dan perempuan adalah sama dan setara sesuai dengan peran masing - masing, sehingga saling menghargai adalah hal penting. Kurikulum dengan pengembangan karakter individu, sehingga membentuk seseorang menjadi pribadi yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga sadar akan keberadaannnya sebagai makhluk social.
- Proses belajar mengajar yang lebih bersifat eksplorasi, mendorong kemandirian, , mengajar dengan mendorong perempuan untuk mencapai keberhasilan dan meniadakan stereotype gender.
Hm......... saya percaya, dengan pendidikan dan wawasan individu yang baik, akan mendorong perubahan yang menuju kebaikan, walau senantiasa perlu waktu.
Sebaiknya optimis, karena sepotong catatan kecil ini sejatinya adalah sebuah ajakan akan misi yang diyakini bisa dilakukan
Semoga.........
Beberapa hal dari catatan ini adalah hasil refleksi dari beberapa sumber:
1. Barbara Herz and Gene B. Sperling, What Works in Girls' Education - Evidence and Policies from Developing Countries, Council on Foreign Relation, Inc., 2004
2. John Wood, Leaving Microsoft to Change the World
http://www.slideshare.net/lisaq665/leaving-microsoft-to-change-the-world-an-entrepren-mr-wood-has-the-answer-to-end-violence-in-the-world
Catatan ini didedikasikan untuk orang tua saya tercinta........ ( segala hal sepanjang bertumbuh dan berkembang dalam keluarga dengan kasih sayang orang tua, saya yakini telah membentuk saya saat ini , pastinya tidak sempurna, namun selalu bersyukur)